Selasa, 09 Oktober 2018
SENDI-SENDI KEPRIBADIAN AYAH
By : Igo Chaniago
Pada hakekatnya kepribadian ayah akan berpengaruh terhadap strategi-strategi yang akan dipilih dalam mendidik anaknya. Ayah seharusnya menguasai pola asuh pendidikan anak. Beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kepribadian ayah dalam strategi pola asuh pendidikan anak salah satunya adalah keteladanan.
Keteladanan merupakan sarana pendidikan yang paling penting. Hal ini terjadi karena secara naluriah dalam diri anak ada kecenderungan untuk meniru hal-hal yang ada di sekitarnya. Pada anak usia dini, keteladanan ayah sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Segala yang dilakukan orang tua akan selalu dianggap baik dan benar oleh anak, sehingga otomatis akan ditiru oleh anak.
Proses meniru ini biasanya terjadi ketika anak mulai berusia 2 tahun. Proses ini mengalami perkembangan yang luar biasa sampai anak berusia 5 hingga 6 tahun. Akan tetapi proses tersebut akan berjalan seimbang ketika anak di usia 7 tahun.
Peniruan itu bersumber dari rasa cintanya sang anak yang murni kepada ayahnya. Berdasarkan kenyataan ini, tidaklah benar tentang _konsep freud_ yang menyatakan bahwa di dalam diri anak terhadap kebencian kepada ayah karena sang anak lebih memuja ibunya. Pendapat Freud ini bertentangan dengan fitrah anak yang masih suci.
Anak anak belajar melalui keteladanan dan peniruan, jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh orang tua. Anak terpengaruh terhadap perilaku ayahnya terhadap lingkungan sosialnya. Mulai dari cara berkomunikasi dengan tetangga, dengan teman sejawat, teman sekantor, yang biasanya tidak disadari oleh orang tua. Di samping itu, kecenderungan psikologis ayah juga menjadi kecenderungan kepribadian sang anak. Oleh karena itulah, keteladanan yang baik merupakan metode yang tepat dalam pendidikan islam sang anak.
Hal ini sejalan dengan akidah islam yang tidak cukup diyakini dalam hati, tetapi juga harus diaplikasikan dalam perbuatan sehari hari. Allah mencela orang orang yang berbeda antara perkataan dengan perbuatan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qs Shaff 2-3 :
_Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang kamu tiada kerjakan!_
Itulah peringatan Allah terhadap orang yang berlainan antara perkataan dan perbuatan. Dalam kitab _Muskylaatul Abaa’i wal ummaahaat_ disebutkan bahwa anak yang tumbuh dalam kondisi seorang ayah yang suka riya’ dan munafik, maka kelak anak tersebut akan sulit untuk diluruskan ketika salah. Pada anak usia 6 tahun, anak akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang dilaksanakan atas dasar perintah. Pada anak usia ini, nasehat saja tidak akan membuahkan hasil, tanpa diikuti dengan keteladanan. Hal ini terjadi karena pada dasarnya keteladanan merupakan terjemahan langsung dari konsep yang bersifat abstrak. Yang terjadi di masyarakat kita adalah kesenjangan antara keyakinan dan nilai nilai islam dengan perbuatan sehari-hari. Setiap hari anak-anak mendengar pelajaran yang baik dari orang tuanya, tetapi yang tertanam dalam diri anak bukan apa yang didengar, akan tetapi dari gambaran yang ada di depan matanya. Pola perilaku anak merupakan cermin dari perilaku orang tuanya.
Para ulama salaf seperti Umar bin Utbah mengingatkan, pembenahan awal bagi akhlak orang tua merupakan pembenahan awal juga bagi pendidikan anak (Tazkiyatun Nafs). Mata hati anak tertuju pada apa yang dihadapannya. Maka apa yang baik untuk anak-anak, harus diteladankan oleh orang tua. Dan apa yang buruk untuk anak, harus ditinggalkan oleh orang tua. Karena anak anak tidak dapat memahami konsep yang abstrak dengan mudah. Mereka tidak akan dapat mudah menerima nasihat dari orang tuanya tanpa ada keteladanan yang dapat dilihat langsung oleh sang anak.
Yuuuk… beri keteladanan kepada anak-anak kita, bukan perintah dan nasehat semata.
Selamat belajar menjadi ayah teladan.
#fatherhood forum
#home education
#pendidikan berbasis akhlak dan bakat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar